Beranda | Artikel
Mengobarkan Semangat Untuk Mengumpulkan Kitab Para Ulama (2)
Kamis, 15 Januari 2015

Mengumpulkan Kitab: Bahan Bakar untuk Mengobarkan Api Semangat Menuntut Ilmu Syar’i

Sudah selayaknya bagi kita agar memiliki perhatian terhadap kitab-kitab para ulama terdahulu. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, Sudah selayaknya bagi penuntut ilmu untuk memperhatikan hal ini, yaitu mengumpulkan kitab. Akan tetapi, hendaklah memulainya dari kitab yang paling penting kemudian yang penting berikutnya. Jika tidak memiliki banyak uang, bukanlah suatu hal yang bijaksana jika membeli kitab yang sangat banyak dengan cara berhutang. Karena hal ini termasuk membelanjakan uang di jalan yang kurang baik. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memerintahkan kepada seseorang yang hendak menikah namun tidak punya uang agar dia berhutang. Bersemangatlah untuk memiliki kitab-kitab pokok yang paling penting, bukan kitab yang ditulis oleh orang pada zaman sekarang. Karena sebagian penulis pada zaman sekarang ini tidaklah memiliki ilmu yang mendalam. Oleh karena itu, jika Engkau membaca kitab, Engkau akan menemukan pembahasan yang mengambang. Terkadang penulis hanya menukil saja dari kitab yang lain. Terkadang pula menjelaskannya dengan ungkapan yang panjang lebar, namun kurang ada manfaatnya. Oleh karena itu, perhatikanlah kitab-kitab yang penting. Bersemangatlah untuk mencari kitab-kitab pokok yang ditulis para salaf (ulama terdahulu). Karena sesungguhnya ada lebih banyak kebaikan dan berkah daripada kitab yang ditulis orang-orang khalaf (zaman sekarang ini, pen.).” [1]

Mengumpulkan sebanyak mungkin kitab syar’i yang bermanfaat dan bersemangat untuk mengumpulkannya merupakan sarana yang dapat membantu kita untuk membakar dan mengobarkan api semangat menuntut ilmu syar’i. Hal ini disebabkan:

  1. Jika seseorang mengumpulkan kitab dan menyusunnya dalam perpustakaan rumah atau ruangan khusus di rumahnya, maka ketika dia memandang deretan buku-buku tersebut yang telah dicetak dengan cetakan yang indah dan menarik, pastilah tergerak motivasinya untuk membaca sebagian buku tersebut walaupun sejenak saja. Karena ketika dia memandang kitab-kitab itu, dia akan teringat dengan kesungguhan yang dicurahkan oleh para ulama salaf dalam menulis, menyusun, dan mengumpulkan kitab-kitab tersebut. Dia juga akan teringat dengan berbagai kesulitan yang dihadapi dalam menulisnya. Saat itulah dia akan membandingkan dengan keadaan dirinya sendiri, “Wahai jiwaku, apa yang telah Engkau perbuat? Apa yang telah Engkau persembahkan?”
  2. Ketika dia melihat kitab-kitab yang banyak di perpustakaannya dan belum terbaca, dia akan bertanya pada dirinya,“Sampai kapan aku mengumpulkan kitab dan tidak membacanya?” Kemudian mencela dirinya,“Wahai jiwaku, bukanlah suatu aib dalam mengumpulkan banyak kitab. Bahkan hal itu sesuatu yang sangat terpuji dan memiliki banyak keutamaan. Namun, yang menjadi aib adalah ketika Engkau meninggalkan untuk membacanya. Maka sadarlah dari kelalaianmu dan bangunlah dari tidurmu!”
  3. Terkadang seseorang mengalami kesusahan, kegelisahan, dan kesedihan sehingga mendorong dirinya untuk melakukan apa saja agar bisa melupakannya. Sehingga ketika dia melihat kitab yang tersusun di perpustakaannya, dia akan mengambil kitab yang dapat diraih oleh jangkauan tangannya untuk dibaca. Terkadang, tidaklah dia meninggalkan kitab itu sampai menyelesaikannya.
  4. Menginfakkan harta untuk membeli dan mengumpulkan kitab adalah amal kebaikan. Sehingga orang tersebut diberi pahala di dunia dan dia akan memperoleh manfaat setelah dia meninggal dan berada di dalam kuburnya. Ketika dia mewasiatkan kitab-kitab itu bagi orang yang mau mengambil manfaat darinya atau mewakafkannya kepada lembaga-lembaga keislaman, masjid, atau perpustakaan umum, maka tentu ini adalah kebaikan yang sangat besar. [2]

Semangat para Ulama dalam Mengumpulkan Kitab

Demikianlah, para ulama salaf sangat menyadari pentingnya mengumpulkan kitab. Kita temukan pada diri mereka semangat yang tinggi untuk membeli kitab.

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata dalam biografi Ibnul Qayyim rahimahullah, Beliau (Ibnul Qayyim) sangat gemar mengumpulkan kitab sehingga beliau  memiliki kitab yang tidak terhingga banyaknya. Sampai-sampai anaknya menjual kitab-kitab itu setelah beliau meninggal dalam kurun waktu yang lama, kecuali kitab-kitab yang mereka pilih untuk diri mereka sendiri.” [3]

Imam Al-Mundziri rahimahullah berkata, “Al-Hafidz As-Silafi rahimahullahu adalah orang yang sangat gemar mengumpulkan kitab. Setiap kali memiliki uang, beliau akan menggunakannya untuk membeli kitab. Beliau memiliki koleksi kitab yang tidak ada habis-habisnya apabila dipandang.[4]

Adz-Dzahabi rahimahullah berkata dalam biografi Al-Qadhi Abdurrahim bin Ali Al-Lukhai rahimahullah,”Telah sampai berita kepada kami bahwa beliau memiliki kitab sampai 100.000 jilid. Beliau mengumpulkannya dari seluruh pelosok negeri.” [5]

Adz-Dzahabi rahimahullah berkata dalam biografi Muhammad bin Abdullah As-Sulami Al-Marsi rahimahullah,”Menulis, membaca, dan mengumpulkan banyak kitab yang berharga. Harta beliau digunakan untuk membeli kitab. [6]

Inilah beberapa contoh keteladanan para ulama salaf kita dalam mengumpulkan kitab atau buku-buku agama yang bermanfaat. Semoga dapat memberikan teladan bagi kita tentang bagaimanakah semangat para ulama salaf dalam membelanjakan harta demi menuntut ilmu syar’i. Marilah kita berlomba-lomba mencari kebahagiaan menuntut ilmu syar’i dengan menelaah kitab para ulama dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab. [Selesai]

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Maqam Ibrahim Adalah, Tahmid Tasbih, Tata Cara Sholat Rawatib 4 Rakaat, Arti Jumrah


Artikel asli: https://muslim.or.id/24240-mengobarkan-semangat-untuk-mengumpulkan-kitab-para-ulama-2.html